Rabu, 26 Januari 2011

roka'at terakhir

Ass.wr.wb.
Para Netters yang terkasih,
Tulisan ini merupakan “Roka’at Terakhir” di dalam mengungkap misteri nusantara yang kita cintai bersama. Sungguh banyak hakekat yang tersirat dari apa yang tersurat. Untuk dipahami bersama sekali lagi bahwa apa yang terpaparkan merupakan murni hasil input spiritual dari “seorang pejalan” yang terbawa angin ke Timur menembusi dimensi kegaiban. Dengan adanya rambu-rambu adab yang berlaku, maka tidak semua bisa diungkapkan di sini. Kami berharap blog ini dapat menjadi sebuah wacana spirit nusantara dimana kami tidak akan mengintervensi komentar-komentar baik yang pro maupun kontra, asalkan saja masih di batas kesantunan dan beradab. Karena walau beragam kapasitas pemahaman masing-masing terhadap hal ini, namun kita semua sejatinya adalah saudara sebangsa satu tanah air.
Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih kepada para netters yang telah memberikan komentar-komentarnya. Secara khusus kami sangat mengapresiasi komentar saudaraku “Karebet” dan “Mr. Iseng”. Sedikit kami informasikan di sini, bahwa dari Upacara Guru Piduka yang telah berlangsung di Tanah Lot pada tanggal 26 Agustus 2007 yang lalu, menurut kesaksian beberapa spiritualis dari Jakarta, Semarang dan Bali yang hadir dalam acara itu telah “melihat” tanda yang sama tentang kemunculan “Satria Pinandhita Sinisihan Wahyu” di tengah kita. Ya.. sinyal yang muncul menyiratkan bahwa “Sabdo Palon Noyo Genggong” telah muncul. Sungguh sangat rumit untuk menjelaskannya bagi konsumsi akal penalaran. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah SWT berkehendak. Saat ini “Roda Cokro Manggilingan” tengah bergerak dan berputar. Walau secara kasat mata tidak terlihat, namun daya-dayanya akan terasa secara luas.
Bukanlah suatu kebetulan jika pada tanggal 26 Agustus 2007 malam itu (dini hari masuk tanggal 27 Agustus 2007) bulan purnama terlihat ada dua (yang satu sebenarnya adalah planet Mars). Fenomena ini melambangkan kemunculan “dua sosok” yang menjadi satu kesatuan, ibarat Semar dan Arjuna atau Begawan Abiyoso dan Prabu Parikesit. Dalam Al Qur’an dilambangkan kekuatan Nabi Musa dan Nabi Harun dalam menghadapi Fir’aun. Dan dalam konteks ini adalah : “Sabdo Palon Noyo Genggong”. Secara kegaiban Sabdo Palon adalah Dang Hyang Nirartha (titisan Sang Hyang Ismoyo) dan Noyo Genggong adalah Gajah Mada (titisan Dewa Gana / Ganesha). Aura “dua sosok” tersebut ada pada dua orang Jawa berdarah Sunda pengikut Rasulullah Muhammad SAW melalui Prabu Kian Santang, dan dalam menapak menjalankan ajaran Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati. Secara hakekat fenomena ini melambangkan bahwa “dua sosok” beliau adalah berasal dari Trah Pajajaran – Majapahit. Sehingga setidaknya terjawab sudah apa yang telah diwangsitkan oleh Prabu Siliwangi dalam “Uga Wangsit Siliwangi” berkenaan dengan sosok “Budak Angon dan Pemuda Berjanggut yang mengenakan pakaian serba hitam bersandangkan sarung tua”. Dua sosok tersebut mewakili keturunan Prabu Siliwangi yang pergi menuju ke arah Timur.
Tak perlu penasaran siapa sejatinya beliau. Karena beliau “dua orang” tersebut tidak akan muncul di permukaan sebelum missi yang dijalankannya paripurna. Missi tersebut berkenaan dengan “Persatuan Umat” dan untuk ingat kembali akan “Ke-Tuhan-an Yang Maha Esa”. Jangan dibayangkan “beliau” akan harus berhadapan dengan jutaan umat di nusantara ini. Namun dalil yang berlaku pada “beliau” adalah : “Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake”. Sampai kapanpun “beliau” tidak akan mengaku dan tidak mengetahui bahwa dirinya sebagai sosok “Satria Piningit” itu. Jadi dalam kesempatan ini kami ingin mengatakan bahwa jika di permukaan ada pihak-pihak yang mengaku atau meng-klaim dirinya sebagai Satria Piningit ataupun Ratu Adil, semua itu adalah “Tipu Daya dan Kebohongan Belaka”. Apalagi ujung-ujungnya berkaitan dengan harta karun atau pusaka Bung Karno, semua itu adalah “Bohong Besar”.
Saat ini secara kegaiban “beliau” tengah berjalan dari Timur menuju Barat, meluruskan kembali apa yang salah diantara Majapahit dan Pajajaran (khususnya kejadian Perang Bubat). Prinsipnya banyak hal yang perlu diluruskan berkenaan dengan sejarah nusantara ini. Karena kepentingan pihak-pihak tertentu pasca keruntuhan Majapahit, sampai dengan dekade ini banyak sejarah yang telah diputarbalikkan ataupun dibengkokkan. Secara empirik catatan atau bukti sejarah boleh hilang, namun di alam kegaiban catatan sejarah nusantara ini tidak dapat dihapus. Dan inilah peran kemunculan beliau “Sabdo Palon Noyo Genggong” yaitu meluruskan apa yang salah di negeri ini. Jika secara kegaiban hal-hal yang salah dapat diluruskan, maka aura ini akan berpengaruh besar dalam kehidupan manusia di bumi. Tak salah kiranya kembali apa yang tertulis di dalam Uga Wangsit Siliwangi :
“Dengarkan! Jaman akan berganti lagi, tapi nanti, setelah Gunung Gede meletus, disusul oleh tujuh gunung. Ribut lagi seluruh bumi, Orang Sunda dipanggil-panggil, Orang Sunda memaafkan. Baik lagi semuanya. Negara bersatu kembali. Nusa jaya lagi, sebab berdiri ratu adil, ratu adil yang sejati.”
Akhir kata sebagai ungkapan penutup, kami ingin mengajak para netters untuk merenungkan kembali akan ungkapan Bung Karno yang menyatakan bahwa suatu saat Indonesia akan menjadi “Mercu Suar” dunia. Untuk itu pula terakhir kalinya kami ingin memberikan bahan perenungan dalam konteks ini kepada para netters tentang hadits Rasulullah SAW :
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. dia berkata, ketika kami berada di sisi Rasulullah SAW tiba-tiba datang sekelompok anak-anak muda dari kalangan Bani Hasyim. Apabila terlihat akan mereka, maka kedua mata Rasulullah SAW berlinang air mata dan wajah beliau berubah. Aku pun bertanya, “Mengapakah kami melihat pada wajahmu sesuatu yang tidak kami sukai?” Beliau menjawab, “Kami ahlul bait telah Allah SWT pilih untuk kami akhirat lebih utama dari dunia. Kaum kerabatku akan menerima bencana dan penyingkiran sepeninggalku kelak sampai datangnya suatu kaum dari sebelah Timur yang membawa bersama mereka panji-panji berwarna hitam. Mereka meminta kebaikan tetapi tidak diberikannya. Maka mereka pun berjuang dan memperoleh kemenangan lalu diberikanlah apa yang mereka minta itu, tetapi mereka tidak menerimanya, hingga mereka menyerahkannya kepada seorang lelaki dari kaum kerabatku yang memenuhi bumi dengan keadilan. Sebagaimana bumi dipenuhi dengan kedurjanaan. Siapa diantara kamu yang sempat menemuinya maka datangilah mereka walaupun merangkak di atas salju. Sesungguhnya dia adalah Al Mahdi.” (riwayat Abu Daud, Al Hakim At Tarmidzi, Ibnu Majjah, lbnu Hibban, Abu Nu’aim, lbnu ‘Asakir, Ibnu‘Adli, Adh Dhahabi, Abu Asy Syeikh).sumber dari http://nurahmad.wordpress.com
Was.wr.wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar